[Edisi Baduy, 11/11]
Ini namanya Abah Kashina, dari Kp.Gajebo Baduy Luar. Hampir setiap sore beliau mampir ke Posko kita sambil mainin alat musik tiup ini. Kata Abah, ini alat musiknya bikin sendiri dan gak ada yang punya selain Abah. Abah pernah ke Bali 2 kali diajak sama pengunjung buat main kesana.
[Edisi Baduy, 12/11]
Menenun adalah salah satu aktivitas sehari-hari warga Baduy, dari anak-anak, ibu-ibu, sampe nenek-nenek, semuanya bisa menenun. Dan salah satu karyanya adalah Syal yang ada di kepala saya ini. ini asli buatan dari tangan orang Baduy sendiri, punya ciri khas sendiri motif tenunnya. Sumpah, Indonesia keren!
Ini namanya Abah Kashina, dari Kp.Gajebo Baduy Luar. Hampir setiap sore beliau mampir ke Posko kita sambil mainin alat musik tiup ini. Kata Abah, ini alat musiknya bikin sendiri dan gak ada yang punya selain Abah. Abah pernah ke Bali 2 kali diajak sama pengunjung buat main kesana.
[Edisi Baduy, 12/11]
Menenun adalah salah satu aktivitas sehari-hari warga Baduy, dari anak-anak, ibu-ibu, sampe nenek-nenek, semuanya bisa menenun. Dan salah satu karyanya adalah Syal yang ada di kepala saya ini. ini asli buatan dari tangan orang Baduy sendiri, punya ciri khas sendiri motif tenunnya. Sumpah, Indonesia keren!
[Edisi Baduy, 12/11]
Ini adalah beberapa view perjalanan pada saat menuju Baduy Dalem, ada beberapa jembatan yang harus kita lewati, dan juga track jalanan yg menanjak dan licin, untuk menuju Kp. Cibeo Baduy Dalem kita harus jalan dari Kp. Gajebo Baduy Luar nanti kita akan melawati beberapa kampung (masih Baduy Luar). Ketika sudah memasuki area Baduy Dalem ada yang namanya 'Tanjakan Cinta', kemiringannya hampir 80* dan samping kanan-kiri jurang semua. Gak dapet gambarnya, boro-boro mau pegang camera ngurusin diri sendiri aja udah ribet. yang lain mah enak ada yang megangin, da kita mah apa atuh pegangannya sama kayu. :D
Nah, Kp. Cibeo ini adalah kampung terdekat yang ada di Baduy Dalem dan masih ada 2 kampung lagi. kita cuma sampe di satu kampung aja, ini aja udah engap gimana mau ke dalem lagi (kapan-kapan deh ya, tapi sama kamu nanjaknya).
Ini adalah beberapa view perjalanan pada saat menuju Baduy Dalem, ada beberapa jembatan yang harus kita lewati, dan juga track jalanan yg menanjak dan licin, untuk menuju Kp. Cibeo Baduy Dalem kita harus jalan dari Kp. Gajebo Baduy Luar nanti kita akan melawati beberapa kampung (masih Baduy Luar). Ketika sudah memasuki area Baduy Dalem ada yang namanya 'Tanjakan Cinta', kemiringannya hampir 80* dan samping kanan-kiri jurang semua. Gak dapet gambarnya, boro-boro mau pegang camera ngurusin diri sendiri aja udah ribet. yang lain mah enak ada yang megangin, da kita mah apa atuh pegangannya sama kayu. :D
Nah, Kp. Cibeo ini adalah kampung terdekat yang ada di Baduy Dalem dan masih ada 2 kampung lagi. kita cuma sampe di satu kampung aja, ini aja udah engap gimana mau ke dalem lagi (kapan-kapan deh ya, tapi sama kamu nanjaknya).
[Edisi Baduy, 12/11]
Suasana kampung di Baduy Luar, sudah agak modern sih terlihat dari pakaian yang mereka pakai, dari beberapa warganya juga ada yang punya HP, yang membedakan mereka tidak menggunakan listrik karena menurut mereka kalau pakai listrik hanya akan menambah pengeluaran saja dan pastinya sudah aturan disana seperti itu. Sebagian besar mata pencaharian mereka berasal dari hasil tenun yang benangnya berasal dari pohon (lupa namanya pohon apa).
Suasana kampung di Baduy Luar, sudah agak modern sih terlihat dari pakaian yang mereka pakai, dari beberapa warganya juga ada yang punya HP, yang membedakan mereka tidak menggunakan listrik karena menurut mereka kalau pakai listrik hanya akan menambah pengeluaran saja dan pastinya sudah aturan disana seperti itu. Sebagian besar mata pencaharian mereka berasal dari hasil tenun yang benangnya berasal dari pohon (lupa namanya pohon apa).
[Edisi Baduy, 12/11]
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah bangun kecil ini. Namanya Leuwit, sepanjang perjalanan kita akan menemukan bangunan ini. Ya, ini Leuwit tempat penyimpamnan padi. Menurut informasi yg saya dapatkan padi di dalam Leuwit ini diambil hanya pada saat ada ritual/ hajatan/ acara pernikahan/ kematian (acara besar), jika untuk makan sehari-hari mereka malah membeli beras. Katanya kalau menyimpan padi di Leuwit ini padinya bakal awet sampe bertahun-tahun.
Salah satu yang menarik perhatian saya adalah bangun kecil ini. Namanya Leuwit, sepanjang perjalanan kita akan menemukan bangunan ini. Ya, ini Leuwit tempat penyimpamnan padi. Menurut informasi yg saya dapatkan padi di dalam Leuwit ini diambil hanya pada saat ada ritual/ hajatan/ acara pernikahan/ kematian (acara besar), jika untuk makan sehari-hari mereka malah membeli beras. Katanya kalau menyimpan padi di Leuwit ini padinya bakal awet sampe bertahun-tahun.
[Edisi Baduy, 12/11]
Pada saat perjalanan pulang dari Baduy Dalem lebih tepatnya sebelum turunan 'Tanjakan Cinta' ada sebuah rumah, saya dan teman-teman rehat sejenak disana, lalu ada Adik kecil (orang baduy dalem) memberikan kami sekeranjang buah-buahan yang isinya ada satu sisir buah pisang, dan buah markisa. dan yang saya pegang ini adalah buah Markisa, rasanya asem, dalemnya warna orange, seger lah bikin mata melek. Intinya sih yang saya dapatkan adalah 'Ternyata orang sana baik-baik meskipun agak sedikit tertutup sama pengunjung'.
[Edisi Baduy, 13/11]
Dan ini yang terakhir dari catatan perjalanan saya ke Baduy.
Selama disana kami tinggal disebuah rumah, Kang Yayat (20th) dan istrinya (17th) bersama si Adik kecil Satria (3 bulan).
Mereka menjamu kami dengan ramah, sama dengan warga yang lain mereka juga agak sedikit pemalu. Sepertinya kedatangan kami begitu membuat kegaduhan (hapunten). Anak-anak disana tidak bersekolah, kalau melihat gadis baduy kalian pasti akan terkesima. Ya, mereka cantik-cantik, anggun dari cara berpakaiaannya dan cara duduknya, dan yang luar biasanya mereka punya tenaga tingkat dewa :D
Banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan ketika disana, belajar mensyukuri apa yang kita miliki, belajar bagaimana bersahabat dengan alam, dan belajar menjadi apa adanya.
Thanks Baduy untuk tiga hari yang luar biasa. - Selesai
Pada saat perjalanan pulang dari Baduy Dalem lebih tepatnya sebelum turunan 'Tanjakan Cinta' ada sebuah rumah, saya dan teman-teman rehat sejenak disana, lalu ada Adik kecil (orang baduy dalem) memberikan kami sekeranjang buah-buahan yang isinya ada satu sisir buah pisang, dan buah markisa. dan yang saya pegang ini adalah buah Markisa, rasanya asem, dalemnya warna orange, seger lah bikin mata melek. Intinya sih yang saya dapatkan adalah 'Ternyata orang sana baik-baik meskipun agak sedikit tertutup sama pengunjung'.
[Edisi Baduy, 13/11]
Dan ini yang terakhir dari catatan perjalanan saya ke Baduy.
Selama disana kami tinggal disebuah rumah, Kang Yayat (20th) dan istrinya (17th) bersama si Adik kecil Satria (3 bulan).
Mereka menjamu kami dengan ramah, sama dengan warga yang lain mereka juga agak sedikit pemalu. Sepertinya kedatangan kami begitu membuat kegaduhan (hapunten). Anak-anak disana tidak bersekolah, kalau melihat gadis baduy kalian pasti akan terkesima. Ya, mereka cantik-cantik, anggun dari cara berpakaiaannya dan cara duduknya, dan yang luar biasanya mereka punya tenaga tingkat dewa :D
Banyak pelajaran hidup yang kami dapatkan ketika disana, belajar mensyukuri apa yang kita miliki, belajar bagaimana bersahabat dengan alam, dan belajar menjadi apa adanya.
Thanks Baduy untuk tiga hari yang luar biasa. - Selesai
Komentar