"kamu apa kabar disana? Jangan lupa makan yah, jaga kesehatan, kita disini kangen kamu, love you"
Aku menunggu kata-kata itu, kata-kata indah itu. Sejak awal aku disini aku menunggu kata itu keluar dari ayah ibu ku. Tapi sampai sekarangpun tak pernah terlontar kata yang manis itu. Hanya sekedar menanyakan kabarpun tak pernah terlontar, jangankan di telepon di sms pun tak pernah. Mungkin mereka buta akan tekhnologi atau mungkin mereka terlalu sibuk, atau mungkin memang pada dasarnya mereka cuek. Aku mencoba menhubungi mereka ya... hanya sekedar bebasa-basi tentang kerinduan ku pada mereka namun tiga hari ku menunggu tetap tak ada jawaban apa-apa. Hingga akhirnya ponsel ku berdering, terlihat jelas nama ayah tertera di ponsel ku, segera ku angkat panggilan telepon darinya.
"hallo, assalammualaikum..." sapa ku dengan ceria.
"ya, waalaikumssalam" jawabnya singkat. "uang udah di kirim tinggal cek di ATM ya" lanjutnya dengan cepat.
"Iya" kata ku, belum sempat aku berbincang ayah sudah menutup teleponnya.
Ya itulah yang terjadi setiap ada panggilan atau sms masuk dari ayah. Dalam
hati berkata "pengen deh ngobrol sama keluarga di rumah, berbagi cerita tentang kisah ku disini". Meskipun seperti itu aku mencoba berfikir dewasa bahwa apa yang terjadi bukanlah sebuah kesengajaan. Aku tahu pasti mereka disana juga merindukanku disini sama denganku yang rindu akan suasana indah berbalut rindu.
Terkadang aku menemui banyak cerita yang mengisahkan tentang ayah dan ibu, banyak pula yang bercucuran air mata bila mendengar kisah tersebut tapi aku tidak sedikitpun meneteskan air mataku bukan karena aku sok tegar atau munafik tapi karena ada sebuah alasan yang membuat aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan air mata ini terjatuh begitu saja. Menangis? Tak ada salahnya jika kita menangis karena kita bebas untuk mengungkapkan perasaan kita dengan luapan air mata tersebut, menangislah jika itu dapat mengurangi rasa sakitmu. Aku pun sama seperti kalian, seorang anak yang rentan akan kisah-kisah yang berceritakan tentang ayah dan ibu, namun aku hanya bisa tersenyum dan berdoa dalam hati berharap agar keluargaku disana baik-baik saja. Sakit memang, tapi dalam sujudku tak pernah sedikitpun aku lupa untuk menyebut namanya, tak terlewatkan untuk selalu mengirim doa untuknya. Aku tahu dan yakin mereka disana pasti sama seperti aku, tak pernah absen menyebut namaku dalam sujudnya, selalu ada namaku dalam tiap bait doanya.
Bukan terkadang lagi tapi setiap malam aku terduduk manis di dekat jendela yang tertembus terangnya cahaya sang rembulan yang mengundangku untuk bicara padanya dan memintanya untuk menyampaikan pesanku pada tuhan bahwa aku rindu Ayah, Ibu, dan Keluargaku dirumah. Meski kita kesulitan dalam berkomunikasi tapi aku berharap dalam mimpiku nanti aku ingin bertemu Ayah, Ibu, dan keluarga besarku, berharap dalam mimpiku itu akan terulang moment-moment dimana saat kita kumpul bersama dan tertawa bersama tanpa ada sedikit beban yang menghantui. yeah benar, hanya itu.
Disini aku berjuang menuju kehidupan yang sesungguhnya. Aku bersyukur pada tuhan karena aku bisa mengenyam pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan betapa bangganya mendapatkan gelar mahasiswa. Nanti, akan ku dapatkan diriku berada dibarisan terdepan saat memakai toga yang akan mengantarkan ku pada tempat yang TEPAT karena "IPK tinggi hanya bisa mengantarkan kita pada wawancara kerja tapi Leadership-lah yg bisa mengantarkan kita ke masa depan". Jerih payah Ayah dan Ibu tak akan pernah ku sia-siakan. Ayah Ibu, aku berjanji jika pulang nanti aku akan membawa piala kebanggaan dengan kalung kehormatan ke rumah kita dan ini adalah janji seorang anak pada Ayah Ibunya. Promise! ilysm :*
Aku menunggu kata-kata itu, kata-kata indah itu. Sejak awal aku disini aku menunggu kata itu keluar dari ayah ibu ku. Tapi sampai sekarangpun tak pernah terlontar kata yang manis itu. Hanya sekedar menanyakan kabarpun tak pernah terlontar, jangankan di telepon di sms pun tak pernah. Mungkin mereka buta akan tekhnologi atau mungkin mereka terlalu sibuk, atau mungkin memang pada dasarnya mereka cuek. Aku mencoba menhubungi mereka ya... hanya sekedar bebasa-basi tentang kerinduan ku pada mereka namun tiga hari ku menunggu tetap tak ada jawaban apa-apa. Hingga akhirnya ponsel ku berdering, terlihat jelas nama ayah tertera di ponsel ku, segera ku angkat panggilan telepon darinya.
"hallo, assalammualaikum..." sapa ku dengan ceria.
"ya, waalaikumssalam" jawabnya singkat. "uang udah di kirim tinggal cek di ATM ya" lanjutnya dengan cepat.
"Iya" kata ku, belum sempat aku berbincang ayah sudah menutup teleponnya.
Ya itulah yang terjadi setiap ada panggilan atau sms masuk dari ayah. Dalam
hati berkata "pengen deh ngobrol sama keluarga di rumah, berbagi cerita tentang kisah ku disini". Meskipun seperti itu aku mencoba berfikir dewasa bahwa apa yang terjadi bukanlah sebuah kesengajaan. Aku tahu pasti mereka disana juga merindukanku disini sama denganku yang rindu akan suasana indah berbalut rindu.
Terkadang aku menemui banyak cerita yang mengisahkan tentang ayah dan ibu, banyak pula yang bercucuran air mata bila mendengar kisah tersebut tapi aku tidak sedikitpun meneteskan air mataku bukan karena aku sok tegar atau munafik tapi karena ada sebuah alasan yang membuat aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak membiarkan air mata ini terjatuh begitu saja. Menangis? Tak ada salahnya jika kita menangis karena kita bebas untuk mengungkapkan perasaan kita dengan luapan air mata tersebut, menangislah jika itu dapat mengurangi rasa sakitmu. Aku pun sama seperti kalian, seorang anak yang rentan akan kisah-kisah yang berceritakan tentang ayah dan ibu, namun aku hanya bisa tersenyum dan berdoa dalam hati berharap agar keluargaku disana baik-baik saja. Sakit memang, tapi dalam sujudku tak pernah sedikitpun aku lupa untuk menyebut namanya, tak terlewatkan untuk selalu mengirim doa untuknya. Aku tahu dan yakin mereka disana pasti sama seperti aku, tak pernah absen menyebut namaku dalam sujudnya, selalu ada namaku dalam tiap bait doanya.
Bukan terkadang lagi tapi setiap malam aku terduduk manis di dekat jendela yang tertembus terangnya cahaya sang rembulan yang mengundangku untuk bicara padanya dan memintanya untuk menyampaikan pesanku pada tuhan bahwa aku rindu Ayah, Ibu, dan Keluargaku dirumah. Meski kita kesulitan dalam berkomunikasi tapi aku berharap dalam mimpiku nanti aku ingin bertemu Ayah, Ibu, dan keluarga besarku, berharap dalam mimpiku itu akan terulang moment-moment dimana saat kita kumpul bersama dan tertawa bersama tanpa ada sedikit beban yang menghantui. yeah benar, hanya itu.
Disini aku berjuang menuju kehidupan yang sesungguhnya. Aku bersyukur pada tuhan karena aku bisa mengenyam pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan betapa bangganya mendapatkan gelar mahasiswa. Nanti, akan ku dapatkan diriku berada dibarisan terdepan saat memakai toga yang akan mengantarkan ku pada tempat yang TEPAT karena "IPK tinggi hanya bisa mengantarkan kita pada wawancara kerja tapi Leadership-lah yg bisa mengantarkan kita ke masa depan". Jerih payah Ayah dan Ibu tak akan pernah ku sia-siakan. Ayah Ibu, aku berjanji jika pulang nanti aku akan membawa piala kebanggaan dengan kalung kehormatan ke rumah kita dan ini adalah janji seorang anak pada Ayah Ibunya. Promise! ilysm :*
Komentar