Yang pertama,
Sebagian dari mereka membicarakan apa yang akan mereka
lakukan nanti, besok dan lusa setelah bersama. Sebagian lainnya sibuk
merencanakan konsep bahagianya, sebagian lagi mulai berjanji tak akan saling
menyakiti dan bersumpah tentang berdua saja tanpa mereka tentang memiliki satu
sama lain dan takan terpisahkan. Tidak dengan sebagian lain, Akuyang sedang
sibuk berkemas, sibuk menata hati, sibuk menguatkan diri kalau saja suatu saat
nanti harus ada yang pergi Aku memang begini, sulit dimengerti, bukan tak ingin
mencintai sebab takut disakiti tapi Aku mengerti kamu tak harus menetap dan
paham tentang berpindah, seperti awan yang tahu kapan harus menjadi hujan,
seperti hujan yang meski tak ingin tetap harus berani jatuh menyapa tanah dari
ketinggian, seperti tanah yang tak bisa menolak harus meresapkan air dan
menyimpannya dalam aliran-aliran sungai yang tak tahu menahu. Kau harus
mengerti, tanpa diminta, mereka melakukannya dengan senang hati, tanpa dipaksa
Tuhan mengariskannya demikian. Semua itu bukan kebetulan, begitupun Aku dan
kamu yang bertemu menunggu menjadi ‘kita’.
AKBA
Kamis, 22 September 2016 (tentangjingga)
ini yang kedua,
Apa Aku pernah bilang padamu kalau Aku senang denga suasana
langit menjelang datang malam?
Saat langit biru perlahan menjadi jingga? Kala mentari di
singgasana emasnya tersenyum menutup gerbang hari?
Apa pernah berkata bahwa langit jingga itu selalu membawa
hawa romantis? Tentang aroma lembayung yang perlahan terhanyut di udara
kemudian terhirup olehmu beberapa saat sebelum langit menjadi gelap?
Pernahkah Aku bercerita padamu bahwa Aku begitu suka
memandang heningnya awan yang menyimpan rapi kenangan? Dinginnya angin yang
terasa kekal namun kerinduannya tak pernah masuk akal?
Dan apakah Aku sudah pernah bilang, kalau tiap kali senja
selalu ada lagu cinta tanpa nada yang hanya bisa di dengar oleh mereka yang
merindu?
Seisi langit jingga, senja melukis cinta disini Aku
mengamati langkahmu yang semakin menjauh dan melirik senja yang mulai ikut
berpamitan, kemudian kau hilang bersama senja yang tertelan malam.
At Griya Gemilang
Jum’at, 16 September 2016
01:59 WIB
(semesta menjadi saksi, janji sepkopi se-mati)
dan yang terakhir,
Saat kulihat Kau bercumbu dengan gitar kesayanganmu, ku
dengar suara nyanyian diri sendiri tentang ditinggal pergi.
Sempat kau begitu dalam mencintai, hingga tinggal sisa
duri-duri, ia menyakiti.
Mabuklah malam karena terlalu banyak minum air rindu,
jalannya tak tegak, mulutnya ngomel tak sadar, kadang berdo’a kadang mengumpat,
pikirannya melayang-layang ke tempat-tempat yang pernah mereka lumat
kenangannya.
Hingga malam di jemput pagi, yang melukai masih sering
datang meminta tuk dicintai.
Kidung Tangis
AKBA, 03:05 WIB (tentangjingga)
Komentar