Mengenalmu adalah sebuah anugerah, tanpa ku sadari Aku hanyut dalam perasaan aneh yg kini hinggap di hatiku, perasaan yg tak pernah ku sangka-sangka kini hadir menemani hari-hariku. Awalnya biasa, Kita memang berteman dekat tapi entah mengapa semenjak perpisahan tiga bulan terakhir yang lalu Aku mulai merasakan bagaimana rasanya menahan rindu yang begitu beratnya. Ya Aku rindu, rindu rasanya melihat tawamu, rindu melihat candamu, bahkan Aku rindu melihat ekspresi wajahmu ketika sedang marah denganku. Jujur, Aku pernah menyimpan fotomu di awal semester satu, Aku pernah menyukaimu kala itu. Aku juga adalah satu-satunya orang yang memilihmu menjadi ketua kelas diawal pertama masuk kuliah. Karena dulu Aku pernah menyukaimu. Tapi tenang saja, selama dua tahun belakangan ini Aku benar-benar mengontrol perasaanku terhadapmu. Sampai suatu waktu Aku bener-benar tidak bisa mengontrol perasaan ini. Meskipun Aku sudah mencoba berusaha keras untuk menetralkan perasaan ini tapi tetap saja ada namamu menyarang di hatiku. Kamu masih sering telat masuk kuliah gak? Sekarang siapa yang sering kamu gangguin setiap ada tugas kuliah?!
Ya, mungkin dulu Aku seperti alarm yang selalu setia menjadi tanda pengingat hidupmu. Dulu, setiap pagi Aku tak pernah absen untuk sms atau menghubungi ponselmu di kala Kau belum menampakan batang hidungmu ketika kuliah akan di mulai. Mungkin Aku adalah salah satu orang yang sering memarahimu ketika Kau mulai lupa dan mengabaikan tugas-tugas kuliahmu. Mungkin Aku adalah salah satu orang yang selalu berkomentar setiap ada sesuatu yang aneh dengan penampilanmu. Ya, itulah Aku yang tanpa Ku sadari sejak dahulu Aku menaruh hati padamu.
Kini Kau dan Aku terpisah oleh ruang yang berbeda, Adakah “Aku” yang lain? Mungkinkah kini Kau telah menemukan “Aku” yang baru di ruang barumu itu?
Satu hal yang ingin Ku ungkapkan sejak dulu, sejak di saat Aku mulai menyadari adanya perasaan ini.
“…Aku sayang Kamu…”
Aku rasa tidak ada yang terlambat untuk mengungkapkan semua ini, Aku berusaha keras bagaimana Aku bisa mengantarkan isi hatiku agar sampai kepadamu, tak perduli bagaimana perasaanmu nanti, tak perduli bagaimana sikapmu nanti, yang pasti inilah isi hatiku, Aku sayang Kamu dan Kau berhak tahu, cukup.
Ya, mungkin dulu Aku seperti alarm yang selalu setia menjadi tanda pengingat hidupmu. Dulu, setiap pagi Aku tak pernah absen untuk sms atau menghubungi ponselmu di kala Kau belum menampakan batang hidungmu ketika kuliah akan di mulai. Mungkin Aku adalah salah satu orang yang sering memarahimu ketika Kau mulai lupa dan mengabaikan tugas-tugas kuliahmu. Mungkin Aku adalah salah satu orang yang selalu berkomentar setiap ada sesuatu yang aneh dengan penampilanmu. Ya, itulah Aku yang tanpa Ku sadari sejak dahulu Aku menaruh hati padamu.
Kini Kau dan Aku terpisah oleh ruang yang berbeda, Adakah “Aku” yang lain? Mungkinkah kini Kau telah menemukan “Aku” yang baru di ruang barumu itu?
Satu hal yang ingin Ku ungkapkan sejak dulu, sejak di saat Aku mulai menyadari adanya perasaan ini.
“…Aku sayang Kamu…”
Aku rasa tidak ada yang terlambat untuk mengungkapkan semua ini, Aku berusaha keras bagaimana Aku bisa mengantarkan isi hatiku agar sampai kepadamu, tak perduli bagaimana perasaanmu nanti, tak perduli bagaimana sikapmu nanti, yang pasti inilah isi hatiku, Aku sayang Kamu dan Kau berhak tahu, cukup.
Komentar